Perjalanan Hidup Iskandar Dzulqarnain ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Perjalanan Hidup Iskandar Dzulqarnain

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.

Lukisan yang menggambarkan Nabi Khidir a.s. dan Iskandar Dzulqarnain
menyaksikan ikan asin yang hidup kembali di "Telaga Kehidupan".
sumber gambar: http://blog.youngworks.nl


Sebelum ini:

Bangsa Mesir, Kaum Hyksos, Raja Amnahotab IV, dan Dzulqarnain


Kata "Hyksos" berarti penguasa negeri-negeri asing. Ada beberapa asumsi yang menyatakan bahwa kaum ini diminta datang ke Mesir oleh pihak yang berkuasa di negeri Mesir untuk membantu pembangungan terowongan tambang di dataran Sinai. Namun, pada akhirnya mereka juga diaktifkan dalam hal-hal yang bersifat umum di Mesir.

Di sisi lain, fakta sejarah menerangkan bahwa kaum tersebut tidak pernah memerangi Mesir. Mereka justru dapat menguasai pemerintahan di Mesir secara damai, sebagai dampak dari jumlah mereka yang begitu banyak di kawasan delta. Peristiwa itu selaras dengan melemahnya kondisi pemerintahan pusat di Mesir, serta melemahnya dinasti ke-13 kala itu.

Sejarah menyatakan bahwa pada dasarnya Hyksos berasal dari golongan orang-orang di Asia. Akan tetapi, identitas pribadi dan asal negeri mereka saat datang ke Mesir, belum diketahui secara pasti.

Selain berusaha menghormati rakyat Mesir, kaum Hyksos juga menciptakan berbagai kemahiran seperti membuat bronz (pedang perunggu), menciptakan hasil tenun, menyediakan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan yang baru, serta menciptakan persenjataan yang baru (seperti pedati yang ditarik oleh kuda).

Satu fakta terpenting, Nabi Yusuf a.s. hidup pada masa kaum Hyksos berkuasa. Sebagaimana dikatakan oleh sumber-sumber sejarah, Nabi Yusuf a.s. hidup pada tahun 1610 SM dan wafat pada tahun 1500 SM. Sementara kekuasaan Hyksos berdiri sekira tahun 1787 SM hingga 1500 SM. Dengan demikian, berarti Nabi Yusuf a.s. menghabiskan segenap masa hidupnya sejak beliau datang ke Mesir, berada di bawah kungkungan kekuasaan Hyksos.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa raja yang disebutkan di dalam Al-Quran, yaitu raja yang mimpinya ditafsirkan oleh Nabi Yusuf a.s. adalah seorang raja Mesir yang berasal dari komunitas kaum Hyksos.

Lebih lanjut, dapat disimpulkan periode pemerintahan Hyksos di Mesir (1788-1500 SM) ini juga semasa dengan kehidupan Nabi Ibrahim a.s. Literatur sejarah menunjukkan bahwa Ibrahim a.s. hidup selama 175 tahun, yaitu dari tahun 1861-1686 SM. Begitu juga dengan kehidupan Nabi Yusuf a.s. yang lahir pada tahun 1610 SM dan wafat pada tahun 1500 SM. Baru setelah runtuhnya empayer Hyksos di Mesir, lahirlah Nabi Musa a.s., yaitu sekira tahun 1436 SM dan wafat sekira 1316 SM.

Namun, sampai pada pembahasan ini belum dapat disimpulkan secara pasti bahwa Dzulqarnain berasal dari kaum Hyksos. Meski dari hasil penelitian di Kepulauan Maladewa ("tempat terbenamnya matahari" yang disinggahi Dzulqarnain) , ditemukan adanya peninggalan dan tanda-tanda peradaban Mesir kuno.


Amnahotab IV "Akhnaton" (1370-1349 SM): Raja Mesir yang Revolusioner dan Fenomenal

Setelah keruntuhan empayer Hyksos, Mesir dikuasai oleh dinasti ke-18 dan ke-19 yang dikenal dengan sebutan "Negara yang Baru". Dalam tenggang waktu ini, di Mesir terjadi peristiwa besar, yaitu berkobarnya revolusi yang dinyalakan oleh salah seorang raja dari dinasti ke-18. Revolusi ini bertujuan memerangi penyembahan terhadap patung dan berhala, serta menyebarkan dakwah untuk menyembah Allah.


Sang raja yang dimaksud adalah Amnahotab IV atau juga dikenal dengan nama Amnovis (diambil dari nama salah satu patung terpenting, yaitu Amon yang kala itu disembah orang-orang Mesir). Lalu sang raja itu mengganti namanya menjadi Akhnaton atau Akhnaten yang berarti Aton Radhi (dewa matahari yang memberkati). Jadi, "Akhnaton" adalah nama yang diciptakan oleh Raja Ambahotab IV untuk dirinya sendiri.

Meski penguasa-penguasa di Mesir identik dengan penyembahan berhala dan patung, Akhnaton adalah satu-satunya raja di imperium raja-raja Fir`aun yang beriman kepada Allah Swt.


Raja Akhnaton adalah salah seorang raja yang hidup pada periode dinasti ke-18. Dia menghabiskan masa kecilnya bersama sang ayah, Raja Amnahotab III, dan ibunya, Ratu Ti, di tengah-tengah pengawal yang didominasi oleh wanita-waita cantik yang dikumpulka ayahnya sebagai selir atau gundik raja.

Akhnaton sangat mendambakan kejujuran dan kebenaran dalam setiap tindak-tanduk. Dia adalah orang yang sangat sensitif, cerdas, dan ahli dalam bidang filsafat. Sejak kecil, dia telah merasakan kekerasan dan kekejaman para pendeta Amon. Sebenarnya, ayah dan kakeknya telah berupaya keras untk membendung dominasi para pendeta ini, tetapi mereka belum berhasil.

Di tengah dominasi para pendeta Amon itulah Akhnaton akhirnya muncul dengan sebuah pemikiran yang mengatakan bahwa Tuhan bukanlah bulatan matahari, melainkan kekuatan yang tersembunyi di baliknya. Akhnaton menamakan kekuatan yang tersembunyi tersebut dengan nama "Aton". Dia meminta orang-orang untuk menyembah kekuatan ini semata dan tidak membuat sekutu bagi-Nya karena Dia-lah yang telah menciptakan semua manusia. Oleh karena itu, mereka hanya wajib menyembah dan menyucikan kekuatan tersembunyi ini.


Amnahotab IV sedang melakukan ritual penyembahan Aton.
Satu-satunya Fir`aun yang tidak menyatakan dirinya tuhan.



Melihat hal itu, para pendeta Amon pun bergegas mmerangi Akhnaton dan menyusun konspirasi jahat untuk menghabisinya. Hingga akhirnya Akhnaton terpaksapindah ke daerah Thibah. Selanjutnya dia membangun sebuah tempat yan dikenal degan nam Tell al-Amarna. Dia menamakan pusat kota sebagai Akhe Taton dan bersumpah untuk tidak melepaskan kota tersebut selama dia masih hidup.

Dari sini jelas terlihat bahwa Akhnaton sangat berseberangan dengan para pendeta dewa Amon. Untuk memperkuat fakta ini, berikut beberapa penggalan tulisan dari buku Târîkh al Hadhârah al-Misriyyah al-`Ashr al-Fr`auni:

Dalam realitanya, kudeta keagamaan yang dilancarkan oleh Raja Akhnaton tidak dilakukan secara serentak, tetapi dalam beberapa tahapan yang berakhir dengan ultimatum Akhnaton untuk hanya menyembah satu Tuhan Yang Mahatunggal dan tiada sekutu bagi-Nya yang terdapat di balik kekuatan bulatan matahari "Aton". Dan tak lama kemudian, dia berhasil mengikis habis penyembahan terhadap tuhan Amon dan tuhan-tuhan lainnya...."

Sejumlah pakar sejarah menulis tentang kisah Akhnaton dan sepak terjangnya dalam berdakwah. Di antara mereka adalah George Bouzner yang menulis buku berjudul "Muj`am al-Hadhârah al-Mishriyyah al Qadimah" (Ensiklopedi Peradaban Mesir Kuno). Dalam buku tersebut diterangkan bahwa kata "Ra" bukan berarti Dewa Ra, melainkan mengacu pada makna matahari itu sendiri. Dapat dipastikan bahwa Ra hanyalah seorang hamba yang hidup di berbagai tempat di Mesir sejak beberapa waktu yang lampau. Tempat tinggal utamanya adalah di Helio Polis. Jika akhirnya muncul "Bani Ra", ini berarti "Ra Sayyidi" pada dinasti kedua.

Tak lama setelah itu, muncullah ide pembangunan piramida yang pada dasarnya terkait dengan penyembahan terhadap matahari. Hal ini menunjukkan bahwa penyembahan terhadap matahari sudah menjadi tradisi yang diwariskan turun-temurun di kalangan rakyat Mesir.




Penjelasan tentang dewa Ra dalam buku ini cukup panjang hingga sampai pada pembahasan yang menerangkan munculnya dewa Amon (matahari) sejak periode dinasti kelima. Adapun mengenai kata "Aton", jika orang-orang Mesir kuno ingin mengungkapkan kekuatan matahari dengan kata-kata, mereka menamakannya dengan dewa Ra. Sedangkan ketika ingin mengungkapkan perihal bulatan matahari, mereka menggunakan kata "Aton". Penjelasan mengenai kosa kata ini cukup panjang, hingga disimpulkan sebuah pernyataan yang menarik berikut ini:

Kalau kita ingin mengungkapkan istilah-istilah aplikatif, maka Raja Amnahotab IV menolak untuk mengakui keberadaan para pendeta sebagaimana yang telah dilakukan oleh nenek-moyangnya. Bahkan, dia juga enggan untuk berkhidmat di tempat penyembahan dewa Amon, dan dia sendiri beranggapan kalau nama dirinya sangat buruk. Karena pengertian harfiah kata "Amnahotab" adalah Amon Radhi yang berarti 'dewa Amon yang memberkati'.

Maka dia menamakan dirinya dengan "Akhnaton" yang berarti 'Yang bermanfaat atau yang berguna bagi dewa matahari'.

Akhnaton juga mengambil keputusan untuk menjadikan kota al-Amrana sebagai pusat ritual keagamaan pribadinya. Ini merupakan revolusi keagamaan yang sangat dahsyat dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam memerangi pernyembahan terhadap patung di Mesir. Semua tempat ibadah yang dibangun sejak beberapa waktu yang lalu habis dimusnahkan. Padahal di sekelilingnya dipusatkan aktivitas keruhanian segenap manusia... ."




Adakah Raja Amnahotab IV (Akhnaton) dan Iskandar Dzulqarnain adalah orang yang sama?

Akan kita gali lebih dalam mengenai ini di episode postingan mendatang ya. InsyaAllah. :[

[dari judul asli: Fakku Asrari Dzil Qarnain wa Ya`juja wa Ma`juj (Ashluhum Zahunum-Authanuhum) karya Abu Zaid Hamdi bin Hamzah]


Perjalanan Hidup Iskandar Dzulqarnain
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2012-10-18T09:21:00+07:00
Perjalanan Hidup Iskandar Dzulqarnain
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags:
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

16 komentar:

Anonim mengatakan...

BRB B-)

Enny Law mengatakan...

seru2 :4:
ditunggu lanjutan'a

Unknown mengatakan...

Absen dulu yang penting...

Milo mengatakan...

lah, ujungnya malah bersambung ke postingan berikutnya? jadi penasaran.

kalau misalnya Amnahotab ini Iskandar Dzulqarnain, trus Ya'juj sama Ma'juj nya siapa? Bangsa Hyksos?

kaze kate mengatakan...

teu pertamax :24:

kaze kate mengatakan...

salah satu anggota yazuz dan mazuz = Pak Muxlimo :g:

malahan beliau pak kepala geng yaazuz dan mazuz :19:

Unknown mengatakan...

ooo...ternyata jazuz mazuz warga pak lurah muxlimo juga ya? ckckckck... TER LA LU...

Unknown mengatakan...

wah wah tambah penasaran nech.....ditunggu kelanjutannya...

apaaja mengatakan...

nah bersambung lagi hehehee...

di pelajaran sejarah dulu seingat sya rervolusi keagamaan ini kyk sengaja disamarkan, biar jadinya kita berpikir "oh ada raja yang ganti banyak berhala jadi satu berhala" ckckc, padahal ternyata dia mungkin saja mengajarkan tauhid kan?.

masa iya si, bangsa sebesar mesri nggk ada nabi yang muncul dari "bi lisaani qaumihim"

MUX LIMO mengatakan...

aww,,,senengnya dikomen "seru" :4: .. insyaAllah lanjutannya segera, Neng Enn :]

MUX LIMO mengatakan...

absen molo... beli! (ehh??) gx nyambung.. :3:

MUX LIMO mengatakan...

heehe.. mohon dimaklum, Mas Milo.. soale biografi beliau emang puanjang bangadh.. :D

Kaum Ya'juj-Majuj-nya bukan bangsa Hyksos kok, Mas.. bangsa Hyksos di tulisan di atas baru dugaan adanya kemungkinan asal nenek moyang Iskandar Dzulqarnain ini :20:

MUX LIMO mengatakan...

Ajeb analisisnya, Mas Bro!! :8: Iya, setelah sekarang2 baru kita ngeh ya.. rasanya gak mungkin ada peradaban tinggi semacam itu gak ada pembimbingnya ya.. :8:

MUX LIMO mengatakan...

Siap, laksanakan, MasBro! :21:

kaze kate mengatakan...

wkwkwkwk macana tibalik euy, saya mah bacana mundur, jadi alurna alur mundur :g: haghaghag

loba anu katinggaleun :21: bookmarkan heula ah cunag print we :D

MUX SPARROW mengatakan...

anggerrrr, ababiiiiilll! :24:

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism