Pakai Diri Tajalli untuk Membasmi Eyang Dubur Mabok Apam Jambul ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Pakai Diri Tajalli untuk Membasmi Eyang Dubur Mabok Apam Jambul

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.
Eyang Dubur Mabok Apam Jambul 



Kasyaf itu adalah sadar. Allah tidak ada bandingan; tidak ada umpama-Nya; tidak bertempat; tidak jauh; tidak ada antaranya. Dengan jalan kasyaf, cukuplah Allah itu disadari ADA karena tidak bisa ditafsir. Sadar itu menandakan esa dengan Allah. Tuhan jika diingat-ingat; perasaan justru jadi melayang.

Ingatlah, Islam itu penyelidikan [=Iqra]. Melalui penyelidikan, didapatlah kebenaran. Kebenaran itu membuat kita sadar dan sadar itulah kasyaf. Kita sadari Maharuang itu Zat Mutlak. Kalau sidah betul-betul sadar pada diri kita bahwa Zat Mutlak itu Maharuang, tentulah kita sadar sedang berada di dalam Maharuang.

Yang selalu merenggangkan kesadaran kita akan Maharuang adalah hawa nafsu. Di sinilah kita perlu mengadakan penekanan batin hingga bertemu dengan tajallinya ruhani [Ruh Qudus].

Kesadaran itu 40.000 tahun lebih tuda daripada ingatan. Jika tetap kesadaran kita dengan Maharuang ini, kita bukan tidur di alam dunia lagi, melainkan sudah tidur di Maharuang. Sadarilah diri kita ini sumbernya dari Zat Mutlak. Tentulah diri kita ini adalah Zat Mutlak [Q.S. Al-Insaan:1]. Tentulah jasmani dan ruhani kita Mahaesa dengan Tuhan. Yang Mahaesa dengan Tuhan itu bukan diri kita, melainkan Zat Mutlak [sebagai ihwal kejadian diri kita].

Yang Mahaesa itu tidak berubah-ubah. Jasad seperti inilah jasad kenabian. Jasad kenabian inilah yang diakui jika seseorang melakukan shalat: keadaannya sudah bertubuhkan Ruh Qudus alias juga Zat Mutlak. Ini disebabkan ada tafaddal. Kalau tidak sadar tentang tafaddal, artinya tidak tahu bahwa kita ini sudah bertubuhkan Zat Mutlak.

Diri tafaddal inilah yang mengakui bahwa diri dia itu Tuhan; Yang Berkuasa atas sekalian jasad manusia. Kalau ada orang berdiri shalat, tetapi tidak disadarinya tafaddal ini, secara hakikat orang itu tidak shalat. Karena yang mengaku Diri Tuhan dalam shalat itu adalah Diri Tafaddal atau diri tajalli.


Kalau kita tidak mengakui Diri Zat Mutlak itu Diri Tuhan, tidak kenal Tuhan-lah namanya.


Orang kasyaf memandang semua jasad manusia itu air yang beku. Karena asalnya dari mani dan diketahuinya pula sumber semua diri manusia itu adalah Zat Mutlak [Maharuang]. Tentulah jasad dan ruh kita Mahaesa dengan Tuhan. Kalau ruh dan jasad tidak Mahaesa, akan menuntutlah ruhani. Jasad yang esa dengan ruh, jasad inilah yang diakui. Jika orang itu shalat, keadaannya sudah bertubuhkan Ruh Qudus.

Pernah terjadi di suatu perang pada masa Rasulullah Saw. Pasukan sedang shalat di belakang medan perang dilempari tombak dan dipanahi, meleset semua. Tidak ada satu pun anggota pasukan yang terluka. Karena apa? Karena semua sudah bertubuhkan Ruh Qudus.

Mengapa zaman sekarang tidak ada yang bisa memakai tubuh tajalli ini? Padahal tubuh tajalli ini sudah ada pada setiap diri manusia [Q.S. Adz-Dzariyaat:20-21]. Ini sekadar pengingat saja agar orang mau mengenal tubuh ini karena tubuh ini tubuh keselamatan dunia-akhirat.

Pada zaman para wali juga, tubuh inilah juga yang dipakai. Bahkan, pada zaman nabi-nabi sebelumnya pun ada memakai tubuh ini. Karena tubuh tajalli ini sangat rahasia, banyak ulama tidak bisa mengungkapnya dengan ilmu-ilmu agama "modern" yang mereka punya.


Tubuh tajalli ini mana ada yang disebut bernama Eyang Dubur, Embah Kentut, Ki Sambal Terasi, dsb. Kasihan umat banyak tertipu dengan eyang, embah, dan ki-laknatullah alaih ini. Gara-gara buta tauhid, habis harta, kendaraan, bahkan istri sendiri. Dasar tolol.

Sadarlah umat! Bangunlah! Diri tajalli yang ada di diri kamu sekalian itu lebih mulia. Sudah dimuliakan Tuhan ["Ku-tiupkan Ruh-Ku"]. Inilah diri fii ahsani taqwim. Kalau sudah tahu tubuh fii ahsani taqwim ini  , buat apa kita mau bertubuhkan Eyang Dubur, Embah Terasi, dan kaum minal jinnati wannas lainnya itu?! Jangan diikut manusia-manusia laknatullah itu!

Mudah-mudahan Bing Slamet membaca tulisan ini sebab ada senjata pamungkas yang bisa dia pakai di sini. Mudah-mudahan si Gogon dan kawan-kawan pembela teguh Embah Dubur tahu diri jangan banyak bicara busuk.

Hei ulama besar ahli tafsir mengapa kamu diam saja? Hei ulama terkenal pemimpin majlis zikir, apa tidak berguna zikirmu itu untuk menolong umat? Hei ulama-ulama penegak akhlaqul karimah, mana akhlaqul karimah kalian pada umat. Mengapa sampai umat banyak buta tauhid seperti itu? Apa saja yang kalian ajarkan? Tidak berani tegas angkat bicara. Perangi santet bukan dengan hukum KUHP. Perangi kesetanan itu dengan kebenaran hakiki Islam!

Kalau ulama-ulama besar terkenal kondang dan bergengsi tidak berani menegakkan akidah dengan tegas, ini ada ulama dari Kalimantan Barat yang akan maju mengarahkan untuk melipur dendam umat yang tertipu dan tersakiti. Percuma sorban-sorban bergunung, jidat hitam menghangus, gamis putih berkilau, dan janggut sepanjang lutut kalau menegakkan yang haq masih "banyak pertimbangan" ini-itu. Apa kalian khawatir tidak bisa menghadapi serangan santet?

Wahai umat, mari ramai-ramai melipur lara dan kepedihan umat yang sudah ditipu para setan. Mari ramai-ramai binasakan kekuatan Eyang Dubur, Embah Kentut, dan para laknatullah santun itu dari jauh. Mari ramai-ramai baca dan arahkan kalimah hakiki ini pada mereka. Penegak hukum kalau sudah turun surat perintah penahanan, baca ini juga agar si Dubur tak bisa lolos. Mau lari ke mana dia, tidak ada yang tidak diliputi Tubuh Tuhan:




Pakai Diri Tajalli untuk Membasmi Eyang Dubur Mabok Apam Jambul
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2013-03-28T01:51:00+07:00
Pakai Diri Tajalli untuk Membasmi Eyang Dubur Mabok Apam Jambul
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags: ,
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © 2025 Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism.com